Minggu, 24 Mei 2009

gender

Secara umum istilah gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya. Secara umum, istilah sex mengacu pada alat kelamin laki-laki dan perempuan. Berikut adalah konsep Gender yang dirumuskan oleh para penulis
Konsep Gender
Istilah gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti "jenis kelamin". Dalam Webster's New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang kentara antara laki-laki dan perempuan bila dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Dalam Women's Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

Sedangkan Hilary M. Lips dalam bukunya yang terkenal Sex & Gender: an Introduction mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan (cultural expectations for women and men). Pendapat ini sejalan dengan pendapat kaum feminis, seperti Lindsey yang menganggap semua ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau perempuan adalah termasuk bidang kajian gender atau sering disebut juga dengan What a given society defines as masculine or feminin is a component of gender. Sedangkan H. T. Wilson dalam Sex and Gender mengartikan gender sebagai suatu dasar untuk menentukan pengaruh faktor budaya dan kehidupan kolektif dalam membedakan laki-laki dan perempuan.
Agak sejalan dengan pendapat yang dikutip Showalter yang mengartikan gender lebih dari sekedar pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari konstruksi sosial budaya, tetapi menekankan gender sebagai konsep analisa dimana kita dapat menggunakannya untuk menjelaskan sesuatu atau istilah lain Gender is an analityc concept whose meanings we work to elucidate, and a subject matter we proceed to study as we try to define it ( Juliet Mitchell,1971:11).

Secara umum istilah gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya, maka istilah sex secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex ini lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sedangkan gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non biologis lainnya. Pengertian gender lebih menekankan pada aspek maskulinitas (masculinity) atau feminitas (femininity) seseorang.

Berbeda dengan pengertian sex yang lebih menekankan kepada aspek anatomi biologi dan komposisi kimia dalam tubuh laki-laki (maleness) dan perempuan (femaleness). Proses pertumbuhan anak (child) menjadi seorang laki-laki (being a man) atau menjadi seorang perempuan (being a woman), lebih banyak digunakan istilah gender daripada istilah sex. Istilah sex umumnya digunakan untuk merujuk kepada persoalan reproduksi dan aktivitas seksual (love-making activities), selebihnya digunakan istilah gender (Floyd T.Cullop, 1969:87).

Konsep-konsep yang telah dijabarkan di atas kurang lebih sudah menjelaskan pengertian Gender dan Sex secara umum. Dengan demikian kita dapat membedakan mana yang termasuk dalam konteks Gender mau pun Sex dalam tataran konkretnya.
Sex dalam arti ini adalah mengenai penis, hormon testosterone, testis dan lain sebagainya pada laki-laki dan vagina, hormon estrogen, ovarium dan lain sebagainya pada perempuan. Gender mengacu pada pandangan, penilaian, dan stereotype yang dikenakan pada laki-laki mau pun perempuan.
Dari segi peran; laki-laki itu menjadi tulang punggung ekonomi keluarga sedangkan perempuan mengurus anak di rumah, pekerjaan kasar (berat) adalah pekerjaan laki-laki dan pekerjaan perempuan adalah pekerjaan ringan. Dalam pandangan masyarakat Jawa pada zaman dahulu, perempuan lebih dipandang dalam tiga peran yaitu, macak (berdandan), masak (memasak), dan manak (melahirkan). Karena pandangan tersebut, maka tidaklah mengherankan jika perempuan dipandang tidak perlu mengenyam pendidikan.
Dari segi perilaku; perempuan dianggap lebih lembut dibandingkan dengan laki-laki yang kasar. Perempuan itu lebih teliti dan laki-laki itu ceroboh. Laki-laki lebih menggunakan rasio dan perempuan lebih menggunakan perasaan dalam menghadapi persoalan.
Dari segi Mentalitas; perempuan itu dianggap lemah dan lelaki itu kuat.
Dari karakteristik emosional; perempuan itu mudah menangis dan lelaki itu tegar.

Semua pandangan yang bias gender tersebut dapat berubah tergantung dalam proses yang terjadi dalam masyarakat. Berkaitan dengan peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan senantiasa dapat berubah. Ini bukanlah hal yang kodrati. Ada perempuan yang kuat dan laki-laki yang lemah dan ada pula laki-laki yang sabar dan teliti dalam bekerja. Semuanya dapat dipelajari dan dapat diubah.
Sex adalah hal kodrati (yang tidak dapat diubah). Transplantasi organ tidaklah mengubah orang secara esensial meskipun bentuk tubuhnya berubah. Laki-laki yang transplantasi organ menjadi perempuan tetap tidak dapat melahirkan karena tidak memiliki rahim.
Perilaku yang bias gender ( dalam hal ini tindakan diskriminasi) dapat merugikan pihak perempuan atau pun laki-laki dalam bermasyarakat. Berkaitan dengan peran, umumnya pekerjaan kasar dilakukan oleh laki-laki meskipun perempuan juga dapat mengerjakannya. Yang paling membahayakan adalah ketika perlakukan diskriminatif yang bias gender itu masuk dalam tataran Undang-Undang seperti Undang-Undang Ketenagakerjaan yang memberikan gaji lebih rendah kepada perempuan dibanding laki-laki dalam peran yang sama.

diskriminasi

Diskriminasi merujuk kepada pelayanan (perlakukan dan tindakan) yang tidak adil (dalam arti membeda-bedakan) terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik (ciri-ciri atau kekhasan) yang diwakili oleh individu tersebut.
Diskriminasi ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Kecenderungan itu berasal dari perasaan atau emosional pribadi atau kelompok. Perasaan sama (dengan kelompoknya sendiri), iri, takut, kuat, superior dan lain sebagainya menjadi bibit tindak diskriminatif bagi orang lain yang dianggap berbeda, merugikan, lemah, mengancam dan lain sebagainya.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminatif.
Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.

Rabu, 18 Maret 2009

“Waduh Lagi Bolong Nih”

Begitulah kata teman gw saat belajar bareng di kelas 2 SMA Seminari Mertoyudan. “Apa? Bolong. Apanya yang bolong? Ndasmu (kepalamu) ya?” Canda gw ketika itu. “Wooo gak paham ya? Bolong itu kalo lagi belajar tapi ndak masuk-masuk. Waduh bingung aku, besok ada dua ulangan lagi.” Katanya sambil menggerutu. “Ah, ada-ada aja.” Pikir gw dalam ati.
Ya saat itu, gw berpikir bahwa peristiwa “bolong” yang dialami oleh teman gw adalah hal yang dibuat-buat.. Masakan ada otak yang nggak bisa mikir dan nyerap pelajaran saat belajar. Setiap saat kita bisa ngendaliin pikiran dan gw ngerasa bahwa otak gw bisa nyerep apa yang gw pelajari.
Tetapi dalam perjalanan waktu, pengalaman “bolong” ada benarnya juga. Orang bisa “bolong.” Ya sangat-sangat bisa “bolong.” Kok bisa ya? Ternyata sebenarnya hal ini logis juga lho. Ketika otak sudah telalu lelah untuk mikir maka daya kerjanya pun semakin turun. Kelelahan fisik pun bisa mempengaruhi kerja otak. Ya, paling nggak ketika kita lelah, otak pun nggak akan bekerja maksimal. Layaknya seorang Del Piero yang jago main bola sekalipun, kalau dia sedang lelah banget, tendangannya pun nggak akan maksimal. Bola akan gampang ditangkap oleh kiper lawan atau meleset ke kanan kiri gawang. (kecuali kipernya lagi bengong trus bolanya malah masuk ke gawangnya. –ini mah kipernya geblek. Red-). Tapi penyebab lain juga berkaitan dengan kemampuan otak nyerap sesuatu. Ibaratnya kayak komputer yang lagi diisi dengan berpuluh-puluh giga data dalam waktu yang sama, maka komputer itu bisa-bisa muntah, masuk angin dan akhirnya error. (berpuluh-puluh giga, lebai nggak ya?). Kemampuan orang kan beda-beda, jadi cara loadingnya juga beda-beda. Ada yang langsung tapi ada yang bertahap. Pokoknya dikit-dikitlah.
So, masalahnya terletak pada kelelahan otak, fisik serta banyaknya data yang dipaksa masuk saat bersamaan yang melebihi kemampuan otak. Nah, kalo begitu, gw mesti berpikir gimana caranya biar kagak ngalamin yang namanya “BOLONG.” Yah, pasti nggak jauh-jauh dari yang namanya manajemen waktu belajar. Kalo belajar ya mesti setiap hari dan nggak cuma saat mau ulangan. Nggak kebayang deh kalo pas minggu atau hari ulangan, otak kita malah “bolong.” Bisa-bisa kita hanya ndomblong (bengong sambil mangap).
Heheheee….kira-kira gw udah manage waktu belajar belom ya?
Merenunglah!!!

Selasa, 17 Maret 2009

Santai Coy!!!

Santai Coy!!!
Santai aje Man……..
Santai Bro……
Santai Coy, Cuy…
Udah biasa banget kita denger kata ini. Di sekolah, di kantor, di jalan dan juga di rumah, pasti kita udah pernah denger kata itu. Dan banyak juga efek yang diakibatin sama kata ini. Ada yang positif dan ada yang negative. Kok bisa ya? Ya iyalah…masa ya iya dong.
Orang yang terlalu serius, tegang, “strik”, “saklek” de el el perkedel, butuh yang namanya rileks…santai cuy!!! Kalo serius mulu, orang gak bisa nikmatin lagi yang namanya idup. Gila Man, hidup tuh cuma 70 atau 80 tahun jika kuat. (hehehe…kata Mazmur dalam Kitab Suci. Bab berapa ya?…mmm. Ketauan banget kalo gw Katolik hahaha…). Sekarang tuh banyak orang stress, stroke, hipertensi, hiperbola (eh salah) sampe akhirnya orang BUNUH DIRI karena gak bisa nikmatin hidupnya. Stress sama kerjaan jadi bikin hipertensi dan akhirnya stroke. Orang gak tahan sama masalah hidup jadi stress dan bunuh diri.
Mmmmmmm………Sayang banget kan kalo hidup gak bisa dinikmatin, apalagi kalo sampe mati. Jadi NOTHING deh. Padahal banyak banget karya Tuhan yang begitu bagus untuk kita rasain. Buat orang yang kerja mulu dari pagi sampe malem…saatnya bilang STOP dan santailah sebentar. Pergilah dan lihatlah ke lapangan futsal dan bermainlah (inget, ini kalo ada temennya ya). Kamu bisa juga pergi ke taman menikmati indahnya bunga-bunga dan warna rumput yang segar. (Hati-hati banyak semut!!!) Banyak cara deh buat nikmatin hidup….dan kamu tahu ke mana kamu harus pergi…
Orang yang terlalu santai, menunda pekerjaan, meremehkan segala hal dan kurang fokus dalam belajar ama kerjaan, butuh yang namanya keseriusan. Cay…Coy….Cuy……….SADAR!!! HIdup tuh cuma sebentar. Jangan mimpi kayak Chairil Anwar yang pengen hidup seribu tahun lagi. Sayang banget waktu yang dikasi Tuhan cuma dipake buat hal-hal yang gak bermakna. Orang yang terlalu santai akhirnya gak beres kerjaannya. Dipecat deh. Orang terlalu santai akhirnya gak lulus ujian. Ambil Paket C deh. Eh gak lulus juga…jadi stress dan….bunuh diri deh. Sedih amat! Jadi NOTHING juga.
Buat orang yang seharian di depan komputer buat nge game doang…...Saatnya untuk berhenti maen dan SHUT DOWN komputernya….Truzzz ngapainzzz? Ya belajar atau kerjalah.. Buat mereka yang tidur mulu sepanjang hari, di rumah, di kantor, di kelas, di kebon dan sebuagainya…..BANGUN. Belajar dan kerja buat memuji dan memuliakan Tuhan.
Wuihhh uda berbusa ni mulut. Sekarang saatnya kita bertanya sama diri sendiri. Kira-kira gw diposisi mana ya?
Merenunglah!!!!!!!!

Berhala

Berhala adalah patung yang berbentuk makhluk hidup atau benda yg didewakan, disembah dan dipuja, yang bukan atas perintah Tuhan. Dibuat oleh tangan manusia terbuat dari batu, emas, kayu atau bahan baku yang lainnya. Akan tetapi, berhala juga termasuk mahkluk hidup yang disembah, didewakan dan dipuja bukan atas perintah Tuhan.
Pada zaman ini, kata kerja dari memberhalakan berarti memuja dan mendewakan, bisa pula dijadikan menjadi kata kerja yang artinya berbeda lagi, seperti memberhalakan sesuatu tidak selalu berarti bahwa pemujanya mengatakan “inilah tuhan yang harus disembah”. Tidak juga berarti bahwa ia mesti bersujud dihadapannya. Pada dasarnya, menyembah berhala dapat berarti rasa suka seseorang terhadap sesuatu melebihi rasa sukanya kepada Allah. Misalnya, lebih takut kepada seseorang/benda dibanding rasa takut kepada Allah, atau lebih mencintai seseorang/benda dibanding cintanya kepada Allah.
Di setiap masa, selalu ada manusia yang meduakan Allah, mengambil tuhan lain dan menyembah pujaannya atau patung. Pada saat ini, masih ada pula sebagian etnis yang membuat berhala untuk disembah, sebagai simbol, bahkan hanya sekedar untuk dipajang sebagai barang koleksi. (Sumber Wikipedia)
Berhala-berhala di zaman ini
1. Uang. Orang mencari uang terus-menerus dalam seluruh waktu hidupnya dan melupakan Tuhan. Orang Kristen tetap bekerja di Hari Minggu sehingga seakan-akan tidak ada lagi waktu untuk mengikuti misa atau kebaktian.
2. Pekerjaan yang berlebihan (workaholic) yang menyebabkan dia lupa akan kewajibannya sebagai orang beriman. Dalam hal ini termasuk karier yang diagung-agungkan.
3. Harta yang dianggap sebagai segala-galanya.
4. Idola-idola (gara-gara nonton Peterpan di hari Minggu, orang menjadi malas ke Gereja)
5. Acara televisi (Doraemon, Sinchan dan lain-lain di pagi hari yang membuat anak-anak enggan ke gereja). Tentunya acara televisi lain yang membuat orang lupa akan Tuhannya.
6. Game dan internet yang membuat orang lupa akan segalanya sehingga anak-anak dapat menghabiskan waktu sehari penuh di depan layar computer.
Dll. Anda dapat mencarinya sendiri….

Minggu, 15 Maret 2009

Kebebasan dan Peraturan

Kebebasan pada zaman ini menjadi harapan bagi banyak orang. Karena dengan kebebasan ini manusia bisa mengarahkan kepada kesempurnaan. Akan tetapi kebebasan sering disalahartikan dengan bebas berbuat apa saja sekehendak hatinya sehingga adanya peraturan dan kehadiran seseorang yang berwenang dipandang sebagai penghalang atau penghambat bagi kebebasannya.
Kita menjumpai bahwa justru mereka yang mampu memilih untuk mengikatkan diri pada peraturan, kewajiban, tugas dan orang lain, merekalah yang sungguh-sungguh memiliki kebebasan itu. Peraturan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, salah satunya adalah melindungi kebebasan seseorang dari tindakan sewenang-wenang orang lain. Secara singkat fungsi peraturan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.) Peraturan berfungsi menyalurkan kuasa atau wewenang untuk mengatur tingkah laku manusia, sehingga dimungkinkan kehidupan bersama yang lebih tertib.
b.) Peraturan berfungsi menjamin kebebasan yang tertib. Kebebasan yang bertenggang rasa dengan kepentingan orang lain. Peraturan menjamin kebebasan yang bertanggungjawab. Karena kalau orang boleh berbuat apa saja pasti akan mengganggu kebebasan orang lain.
c.) Peraturan berfungsi untuk menjamin ketertiban dalam kebebasan. Ia menjamin kepentingan atau kesejahteraan setiap orang dan kepentingan dan kesejahteraan bersama secara adil. Ia menjamin keadilan sehingga dengan demikian terciptalah suasana yang lapang dan bebas.
d.) Peraturan dapat membangun kepribadian seseorang dalam soal kedisiplinan, tenggang rasa, tahu menahan diri, bersikap sosial dan lain sebagainya.

• Hubungan antara kebebasan dan peraturan
1.) Peraturan menjamin kebebasan yang tertib
Dalam arti ini ingin dijelaskan bahwa kebebasan benar-benar berkembang hanya berkat adanya peraturan.
- Kebebasan masyarakat sungguh terjamin kalau setiap orang mengikuti peraturan yang ada, kalau tidak maka akan terjadi kekacauan dan kalau terjadi kekacauan maka kebebasan dalam masyarakat tidak terjamin lagi.
Contoh : bayangkan kalau tidak ada peraturan lalu lintas. Apa yang akan terjadi.
- Kebebasan pribadi juga tidak akan terjamin kalau dalam masyarakat tidak ada peraturan. Keinginan dan cita-cita tidak akan tersalur kalau kita tidak merasa bebas. Contoh : bagaimana kita dapat belajar kalau suasana sekolah ramai dan tidak teratur. Bagaimana bisa menjadi orang yang disiplin kalau kita di sekolah tidak punya peraturan yang mendidik orang menjadi pribadi yang disiplin. (tuh moderator penting kan)
2.) Peraturan bukan hanya menjamin kebebasan tetapi juga mengembangkan dan mematangkan kebebasan. Dengan peraturan orang dapat menghayati kebebasan yang lebih bertanggung jawab yang dengan begitu kebebasan menjadi lebih dewasa. Bahkan, orang yang matang dalam kebebasan justru menciptakan banyak peraturan untuk dirinya sendiri. Hanya penguasaan dirilah yang membuat kita menjadi manusia yang bebas.

• Sikap kritis terhadap peraturan dan kebebasan
Untuk sampai pada kebebasan dan peraturan yang sejati dan tidak terjerumus dalam kebebasan yang disalahartikan, kita perlu mempunyai daya kritis terhadap peraturan dan kebebasan. Secara singkat alasan mengapa kita harus mempunyai daya kritis terhadap peraturan dan kebebasan adalah sebagai berikut:
- Kita perlu kristis terhadap kebebasan sebab kebebasan sering disalahartikan dan disalahtafsirkan.
- Kebebasan tidak dapat diterapkan secara sama di mana-mana.
- Kita perlu kritis terhadap peraturan sebab banyak peraturan yang tidak sah dan tidak adil.
- Peraturan kadang kala tidak dapat diterapkan secara sama begitu saja di mana-mana dan bagi segala orang.

Kebebasan

Setiap manusia pada dasarnya menginginkan adanya suatu kebebasan dalam dirinya. Manusia dikaruniai kebebasan sebagai anugrah yang luar biasa dari Tuhan selain akal budi. Anugerah-anugerah ini sungguh sangat meninggikan martabat manusia. Kebebasan adalah salah satu ciri khas dari manusia. Dengan kebebasan inilah, manusia mengarahkan kepada kesempurnaan. Kiranya penting bagi kita untuk menyadari dan mendalami kebebasan sejati dalam arti yang sesungguhnya.
Kebebasan baik orang perseorangan maupun bangsa merupakan nilai yang sangat luhur. Oleh karena itu, segala pembatasan yang tidak wajar dan tidak perlu seharusnya ditentang. Tetapi di lain pihak, kebebasan tidak dipisahkan dari tanggung jawab. Menggunakan kebebasan secara salah atau tidak menggunakannya, menjadi tanggung jawab orang itu dan masyarakat atau kelompok yang bersangkutan.
Akhirnya perlu disadari bahwa manusia adalah makhluk yang terbatas jasmani-rohani dan sosial. Oleh karena itu, kebebasan manusia terbatas juga, sekurang-kurangnya oleh ruang gerak bebas yang menjadi hak sesama manusia. Selanjutnya, akal budi yang sehat menuntut setiap orang supaya tunduk kepada hukum susila dan hukum pergaulan. Bukan karena terpaksa tetapi karena rela dan sadar, bahwa ia mengakui Yang Maha Tinggi sebagai pencipta. Tujuannya adalah bahwa sesama berhak mengecapi kebebasan yang sama seperti dia dan bermartabat seperti dia.

I. Arti dan Fungsi Kebebasan
• Arti Kebebasan
Sudah dikatakan di atas bahwa kebebasan dapat dimengerti sebagai kemampuan untuk bertindak dengan tanpa paksaan. Kebebasan tidak dimengerti hanya sebagai sebuah situasi atau suasana di mana manusia dengan leluasa melakukan sesuatu tetapi dipahami sebagai sebuah kemampuan. Itu berarti bahwa yang namanya kebebasan sudah ada dalam diri manusia secara hakiki. Singkatnya kebebasan adalah suatu kemampuan positif sehingga manusia dengan berbuat baik (atau sekurang-kurangnya dengan tidak berbuat jahat), merealisasikan dirinya menjadi orang yang baik. Inilah tanggung jawab dan tugas manusia yang pokok dan utama. Inilah arti hidup manusia. Maka kebebasan untuk berbuat sesuai dengan keyakinan mengenai yang baik dan yang buruk adalah suatu hak asasi manusia (kebebasan untuk mengikuti suara hati) yang tidak dapat diberi atau diminta orang lain. Bahkan negara pun tidak punya hak untuk mencabut hak ini. Dengan kata lain, kebebasan dapat dirumuskan sebagai kemampuan manusia untuk mengatur perilaku dan kehidupannya menurut kehendaknya sendiri tanpa dibatasi atau dihalangi oleh kemampuan intern (psikis) atau pun oleh hambatan ekstern (paksaan dari pihak luar) yang dapat bersifat sah dan wajar, tetapi juga dapat bersifat tidak sah dan jahat.

• Kebebasan dapat dilihat dalam arti negatif mau pun positif.
a.) Kebebasan dalam arti negatif berarti bebas dari, misalnya bebas dari suatu ikatan atau paksaan untuk menjalankan sesuatu. Sehingga kebebasan itu dapat berbentuk:
# Kebebasan Jasmaniah (fisik) artinya bebas dari suatu ikatan atau paksaan yang bersifat lahiriah seperti : belenggu, penjara dll.
# Kebebasan Kehendak artinya kebebasan untuk menghendaki sesuatu. Jangkauan kebebasan kehendak adalah sejauh jangkauan kemungkinan untuk berpikir. Karena manusia memikirkan apa saja, ia dapat juga menghendaki apa saja.
# Kebebasan Moral artinya bebas dari ikatan atau tindakan yang berupa ancaman-ancaman, larangan dan desakan yang tidak sampai kepada paksaan fisik.
b.) Kebebasan dalam arti positif berarti bebas untuk berbuat sesuatu, khususnya bebas untuk berbuat baik. Seseorang dikatakan bebas kalau:
# Ia bebas untuk menentukan sendiri tujuan-tujuan dan apa yang mau dilakukannya.
# Ia bebas untuk memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya.
# Tidak dipaksa/terikat untuk membuat sesuatu yang tidak dipilihnya sendiri atau pun dicegah untuk melakukan apa yang dipilihnya sendiri oleh kehendak orang lain.
• Fungsi Kebebasan
1. Kebebasan memungkinkan manusia bertindak dan melakukan sesuatu dengan sengaja. Dengan maksud dan tujuan tertentu, dengan kesadarannya bahwa hanya sayalah yang berhak menentukan tindakan ini akan saya lakukan atau tidak.
2. Kebebasan berfungsi untuk memupuk kesadaran moral manusia. Seseorang yang memiliki kebebasan yang sejati akan melihat setiap kewajiban moral sebagai sesuatu yang sangat berguna bagi dirinya dan dikehendaki untuk dilakukan. Mentaati hukum moral berarti mentaati dirinya sendiri. Mentaati hukum moral secara otonom (tanpa dipaksa atau disuruh) sedikitpun tidak merendahkan martabat yang dimiliki oleh manusia. Sebaliknya, hanya kalau manusia berhadapan dengan kewajiban moral manusia dapat menghayati kebebasannya dengan penuh. Karena kebebasan merupakan kemampuan untuk menentukan diri kita sendiri, maka kita pun terbentuk dalam tindakan yang bebas. Dengan melihat bagaimana kita bersikap terhadap kewajiban moral, sekaligus dapat kita lihat orang macam apakah kita ini.
3. Kebebasan mempertebal rasa tanggung jawab manusia. Suasana bebas meninggikan rasa tanggung jawab, sebaliknya kalau tidak ada kebebasan, maka rasa dan kemampuan bertanggungjawab pun akan menyurut. Karena melakukan kewajiban seharusnya tidak hanya disadari oleh susuatu yang diwajibkan (harus dilakukan) melainkan dengan sadar bahwa saya melakukan ini demi suatu kebaikan yang mau dijamin oleh kewajiban itu. Dengan kata lain sikap moral yang dewasa adalah sikap yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab agar kita sedapat mungkin mencapai yang baik dan bernilai untuk diri kita sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, kebebasan sangat erat hubungannya dengan tanggung jawab. Tidak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan dan baru dalam sikap yang bertanggung jawab kebebasan mencapai pelaksanaannya yang menyeluruh.
• Kebebasan sebagai unsur khas manusiawi.
Sudah kita bahas bersama bahwa seorang manusia dikaruniai Tuhan dengan dua anugerah istimewa yaitu akal budi dan kebebasan. Oleh karena itu, akal budi dan kebebasan adalah ciri khas manusia. Kecuali itu, adanya kebebasan memungkinkan manusia untuk melakukan sesuatu dengan sadar, bisa memupuk kesadaran moral dan mempertebal rasa tanggung jawab. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa ternyata kebebasan sesungguhnya dapat memanusiakan manusia itu. Sebab, kebebasan mampu memperkaya kepribadian seseorang dengan kesadaran moral dan tanggung jawab yang tinggi. Bila kita bandingkan dengan makhluk lain (misalnya hewan), ia hanya mempunyai naluri. Oleh karena itu, hewan tidak pernah merasa tahu apakah ia bertindak benar atau salah. Hewan juga tidak pernah bisa bertanggung jawab. Singkatnya bahwa hewan itu tidak akan pernah bisa maju.
• Perlunya pengarahan dan pembinaan kebebasan
Kebebasan perlu dibina dan diarahkan karena:
a.) Kebebasan masih sering disalah-artikan dan disalah-gunakan, padahal kebebasan sangat penting dan berarti dalam perkembangan manusia. Oleh sebab itu, pengertian dan penghayatan yang keliru mengenai kebebasan itu perlu diluruskan dengan pengarahan-pengarahan dan pembinaan-pembinaan yang baik.
b.) Pengaruh lingkungan dan pengaruh zaman dapat mengaburkan pandangan yang tepat mengenai kebebasan, maka kebebasan itu perlu dipelajari, ditafsirkan dan dihayati secara baru sesuai zaman dan lingkungan.
Karena perlunya kebebasan bagi perkembangan hidup manusia maka kebebasan perlu dibina dan diarahkan dengan cara konkret, misalnya:
- menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan orang banyak sehingga mereka dapat belajar bertenggang rasa dengan orang lain. Dengan demikian mereka menemukan kebebasan dan keinginan pribadi dalam kepentingan bersama.
- Mengikutsertakan sebanyak mungkin orang dalam menyusun suatu peraturan sehingga semua orang merasa bertanggung jawab dan juga gembira mentaatinya tanpa merasakan bahwa kebebasannya dibatasi.